Profil Desa Pakahan

Ketahui informasi secara rinci Desa Pakahan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pakahan

Tentang Kami

Desa Pakahan di Jogonalan, Klaten, merupakan desa bersejarah yang menjadi rumah bagi situs purbakala Candi Gana (Candi Asu). Desa ini memadukan warisan peradaban Mataram Kuno dengan potensi agrarisnya sebagai salah-pabriknya lumbung padi yang produktif.

  • Penjaga Situs Purbakala

    Identitas utama Desa Pakahan melekat pada perannya sebagai lokasi dan penjaga Candi Gana, sebuah kompleks reruntuhan candi Hindu dari era Mataram Kuno yang bernilai sejarah tinggi.

  • Lumbung Padi yang Produktif

    Perekonomian fundamental desa ini ditopang oleh sektor pertanian, dengan hamparan sawah subur yang menjadikannya salah satu kawasan lumbung padi penting di Kecamatan Jogonalan.

  • Potensi Wisata Sejarah dan Edukasi

    Desa Pakahan memiliki potensi besar yang masih terus dikembangkan sebagai destinasi wisata minat khusus, terutama untuk edukasi sejarah, arkeologi, dan budaya.

XM Broker

Terletak di Kecamatan Jogonalan, sebuah wilayah yang subur di Kabupaten Klaten, Desa Pakahan hadir sebagai sebuah portal waktu. Di tengah hamparan sawah yang menghijau dan menjadi tulang punggung kehidupan, tersimpan bisu sebuah saksi peradaban agung masa lampau: Candi Gana. Desa ini bukan sekadar unit administrasi atau sebuah komunitas agraris biasa; ia merupakan penjaga salah satu warisan purbakala terpenting di Klaten. Kehidupan di Pakahan berjalan dalam dua dimensi waktu yang harmonis, di mana denyut aktivitas pertanian modern berpadu dengan aura magis peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Identitas desa ini terukir kuat oleh keberadaan candi tersebut, menjadikannya sebuah tempat di mana cangkul petani dan pahatan batu bersejarah berbagi ruang dan cerita. Profil Desa Pakahan ialah sebuah penelusuran mendalam tentang bagaimana sebuah komunitas hidup berdampingan dengan sejarah, mengolah tanah untuk masa kini, sambil menjaga warisan untuk masa depan.

Geografi dan Denyut Nadi Agraris

Desa Pakahan secara geografis berada di dataran rendah yang subur di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah desa ini tercatat seluas 157,4 hektare atau sekitar 1,57 kilometer persegi. Sebagian besar dari total luasannya merupakan lahan sawah beririgasi teknis, yang menegaskan karakternya sebagai desa agraris yang kuat. Lanskap desa didominasi oleh pemandangan persawahan yang membentang luas, yang menjadi sumber kehidupan dan fondasi utama perekonomian masyarakat setempat. Kesuburan tanah dan ketersediaan air yang memadai menjadikan Pakahan salah satu desa lumbung padi yang vital bagi Kecamatan Jogonalan.Secara kewilayahan, Desa Pakahan berbatasan dengan beberapa desa lain yang turut membentuk ekosistem sosial-ekonomi di sekitarnya. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Gondangan. Di sisi timur, desa ini bersebelahan langsung dengan Desa Granting. Sementara itu, batas selatan Desa Pakahan ialah Desa Joton dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tambakan. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari jalan raya provinsi yang menghubungkan Klaten dan Prambanan memberikan aksesibilitas yang baik bagi warga maupun pengunjung.Berdasarkan data kependudukan per Oktober 2025, Desa Pakahan dihuni oleh sekitar 3.600 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai angka 2.287 jiwa per kilometer persegi. Sebagian besar dari populasi ini menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani, yang menunjukkan betapa mengakar kuatnya budaya agraris di desa ini.

Candi Gana: Jendela Menuju Peradaban Mataram Kuno

Daya tarik utama dan nilai historis paling signifikan dari Desa Pakahan ialah keberadaan Situs Candi Gana, yang oleh masyarakat lokal sering disebut juga sebagai Candi Asu. Situs ini bukan merupakan candi tunggal yang utuh, melainkan sebuah kompleks reruntuhan dari beberapa candi yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 Masehi, pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu. Terletak di tengah area persawahan, reruntuhan candi ini menawarkan pemandangan yang eksotis dan menggugah imajinasi tentang kemegahan masa lalunya.Nama populer "Candi Asu," yang berarti Candi Anjing, diduga berasal dari penemuan arca Lembu Nandi (wahana atau kendaraan Dewa Siwa) yang kondisinya sudah aus. Bagi masyarakat awam, bentuk arca yang tidak lagi utuh ini mungkin menyerupai seekor anjing, sehingga nama tersebut melekat dan lebih dikenal luas. Kompleks Candi Gana sendiri terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara (pendamping) yang kini hanya tersisa bagian pondasi dan beberapa tumpukan batunya saja. Meskipun dalam kondisi runtuh, struktur dan sebaran batu-batu candi yang masih ada memberikan gambaran yang jelas tentang tata letak sebuah kompleks percandian Hindu pada masanya.Sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), Situs Candi Gana berada di bawah pengawasan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah. Keberadaannya menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai bagi para sejarawan, arkeolog, dan mahasiswa untuk mempelajari arsitektur, sistem kepercayaan, dan kehidupan sosial masyarakat Jawa kuno. Bagi Desa Pakahan, candi ini merupakan mahkota warisan yang memberikan identitas unik dan membedakannya dari ribuan desa lain di Indonesia.

Perekonomian Desa: Di Antara Padi dan Potensi Wisata

Perekonomian Desa Pakahan secara fundamental digerakkan oleh sektor pertanian. Aktivitas di sawah menjadi denyut nadi utama yang menentukan ritme kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan irigasi yang baik, para petani dapat menanam padi sepanjang tahun dengan produktivitas yang tinggi. Hasil panen tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga menjadi komoditas utama yang dijual untuk menopang ekonomi keluarga. Selain padi, sebagian warga juga menanam tanaman palawija di pekarangan rumah atau sebagai tanaman selingan.Di luar pertanian, geliat ekonomi juga terlihat dari adanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) skala rumahan. Usaha-usaha ini umumnya bergerak di bidang pengolahan makanan, seperti pembuatan kue tradisional dan makanan ringan, serta jasa seperti warung kelontong dan bengkel kecil. Meskipun belum menjadi sektor yang dominan, keberadaan UMKM ini menunjukkan adanya diversifikasi ekonomi di tingkat masyarakat.Dalam konteks pariwisata, potensi Desa Pakahan sangat besar namun masih dalam tahap pengembangan. Berbeda dengan desa wisata air yang menawarkan rekreasi massal, Pakahan memiliki potensi sebagai destinasi wisata minat khusus, yakni wisata sejarah, budaya, dan edukasi. Saat ini, pengunjung Candi Gana sebagian besar merupakan para peneliti, pelajar, fotografer, dan wisatawan yang secara spesifik tertarik pada peninggalan purbakala.Pengembangan potensi ini memerlukan sebuah perencanaan yang matang. Pemerintah desa, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dapat mengambil peran sentral dalam menata kawasan sekitar candi. Pengembangan dapat berupa pembangunan pusat informasi sederhana, penyediaan pemandu wisata lokal yang terlatih, serta pemberdayaan UMKM untuk menyediakan suvenir atau kuliner khas bagi pengunjung. Tantangan utamanya ialah bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa mengganggu kesakralan dan kelestarian situs itu sendiri, sebuah prinsip yang harus dipegang teguh dalam pengembangan wisata berbasis cagar budaya.

Kehidupan Sosial dan Upaya Pelestarian Warisan

Masyarakat Desa Pakahan telah hidup berdampingan dengan Candi Gana selama berabad-abad. Bagi mereka, reruntuhan candi tersebut bukan lagi sekadar tumpukan batu tua, melainkan bagian dari lanskap dan identitas kolektif mereka. Tumbuh kesadaran di tengah masyarakat akan pentingnya menjaga dan merawat warisan leluhur ini. Secara swadaya, masyarakat turut menjaga kebersihan di sekitar area situs.Pemerintah Desa Pakahan juga menunjukkan komitmennya dalam upaya pelestarian. Bekerja sama dengan BPCB, pemerintah desa turut berperan dalam sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga situs cagar budaya. Keterlibatan juru pelihara (jupel) situs yang berasal dari warga lokal juga menjadi jembatan penting antara institusi pelestarian dan komunitas. Melalui sinergi inilah, Candi Gana dapat terus terjaga sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kebanggaan, tidak hanya bagi warga Pakahan, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Kehidupan sosial yang tenang dan agraris menjadi benteng alami yang melindungi situs ini dari hiruk pikuk modernisasi yang tidak terkendali.